Surat

Professor 

Rambut sudah habis, kacamata lebih tebal dari kaca mobil tak tembus peluru punya Obama. Postur yang tak terlalu tinggi dan pendiam, itulah gambaran sedikit tentang pak Syafrizal, yang sama kurusnya seperti Bim-Bim, penggebuk drum di band Slank. Gak mirip banget sih. Tapi julukan itu sudah nempel banget sama si bapak, malah jarang ada yang ingat nama aslinya saking populernya nama itu.

Tapi di mataku dia ganteng. No bukan karena aku tertarik ingin jadi pacarnya, cuma aku kagum dengan ketekunannya. Guru. Iya. Profesi yang memang butuh nyali. Siapa berani, menghadapi ibuibu yang hobinya komplain setiap hari soal perkembangan anaknya? Siapa yang rela, harus menahan emosi tiap kali anak didiknya tak bisa diatur? Siapa yang mau, tidur tak tenang ketika musim kelulusan tiba? Ditambah gaji yang tak seberapa pula. Ya itu makanya dia kusebut ganteng. 

Aku tak tahu kabarnya sekarang. Pak BimBim yang pendiam tapi suka ketawa. Ketawa melihat tingkah polah muridnya. Ada yang malas, ada yang berisik, ada yang berantem, bahkan tidur. Aku heran, kenapa dia tak punya marah. Dia tetap ngajar, meskipun yang dengerin nyamuk. Hatinya pasti seluas bandara Changi.
Kalau nanti ketemu lagi akan aku salami dia, dengan jutajuta terima kasih pada pelajaran bahasa Inggrisnya yang kalem itu. Ngantuk pak, tidur dulu ya.
#30HariMenulisSuratCinta

Hari ke 7

3 thoughts on “Professor 

Leave a comment