Surat

#30HariMenulisSuratCinta hari ke #17 Gitar

Hai,

Di sudut ruangan aku melihatmu diam. Bergeming dan menatapku sendu. Mungkin dalam hatimu kau bilang “petiklah aku”.

Aku menatapmu saja sambil menggeleng, dan mataku berkata “aku tak sehebat itu”. Lalu kita hanya akan saling menatap saja. Kadang rasaku tak tertahan dan berjalan ke arahmu, memelukmu dan menyentuh senar-senar hatimu yang berlubang. Lalu ia hanya akan berbunyi “teng”. Tak indah.

Tak kumengerti nada mayor dan minor, hanya beberapa tangga yang sering ku amati. Mungkin tak membuatmu kian indah meliuk di tubuhku. Menyanyikan kelabu.

Akan kau bacakah surat ini? Tak peduli. Aku hanya bernyanyi, memahamimu baru setengah hati. Setengahnya untuk lirik yang mencintaimu sepenuhnya, dengan suara yang kusenandungkan pada tiap gema senarmu.

Suatu saat di atas panggung besar, akan kuingat pertama kali – saat kita mencipta lagu cinta, juga banyak lagu pedih lainnya. Aku kadang menangis memelukmu, dengan tak berdayaku menahan kepedihan, dari diammu yang perhatian.

Oh, Gitarku yang sepi, mendentinglah sendiri.

Mencintaimu,

Ika

Leave a comment